Cerpen romansa
ORANG KETIGA
Seperti biasa dari sebelumnya, selalu ada waktu jeda untuk melepas malamnya sendiri pergi. Dari kejahuan diri yang tampak pudar, kembali Rembulan menyapa Fajar dengan sebuh salam "Sampai kapan aku harus menunggu waktu itu? Diri mu selalu dan pastinya nampak setelah diri ku berlalu. Lalu, janganlah berjanji untuk bertemu bila nantinya kau pun mengatakan sudah. Lalu, apa yang membuat mu kaku? Mulut mu seolah sejenak terjahit untuk bercakap dengan ku. Dimanakah pribadi mu itu yang selalu berisik dengan bawel bibir mu? Terkadang tulus itu pun layu dikala kau tak sirami waktu mu dengan menyahut. Fajar, pribadi mu penuh dengan teka-teki"
Begitu banyak lemparan pertanyaan dari Rembulan yang hanya untuk sang Fajar seorang.
_________________________
_____________________________
"Pandanglah rimbunan daun dari rumput,bunga dan pohon itu! Adakah embun yang masih setia bersandar memeluk pada diri mereka?"
Sungguh, kini cakap Rembulan sangat tegas, bertanda dalamnya kesal itu.
"Ku jelaskan pada mu. Bukan ku membela pun memuja embun itu, namun ketahuilah, disaat tengah memeluk kekasihnya yang adalah rimbunan daun dari rumput, bunga dan pohon, dia selalu menitipkan selah waktunya hanya untuk menemani malam panjang diri ku. Bahkan disaat bayang diriku memudar lantaran akan nampak dirimu, masih dan selalu ada waktunya untuk mendengar curhat pujian ku tentang mu. Sungguh dia teman baik ku. Lalu mengapa kau begitu dendam dengannya? Kau pun nampak tanpa menyapa untuk berjumpa diri ku, kemudian dengan terik panas perasaan mu itu, kau menguras embun itu hingga dia pun sirna ditelan waktu? Fajar, bila terik panas rasa itu memang bukan untuk ku, maka janganlah kau melerai mereka, melepas pelukan hangat sang embun untuk ribunan daun, bunga dan pohon itu"
#tombo_joak
#wosa_butel
(Penulis : Loke Laka https://web.facebook.com/aprii.bambut)